SEJARAH LENGKAP FREEMANSORI yang ada di INDONESIA
Konon, warga Yahudi sudah sejak kolonial Belanda banyak berdiam di Indonesia, khususnya di
Jakarta. Pada abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada
sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Risjwijk (Jl
Veteran) — dua kawasan etlie di Batavia kala itu — seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson
van den Berg, Ezekiel & Sons dan Goodwordh Company.Mereka hanya sejumlah kecil dari
pengusaha Yahudi yang pernah meraih sukses. Mereka adalah pedagang-pedagang tangguh yang
menjual berlian, emas dan intan, perak, jam tangan, kaca mata dan berbagai komoditas
lainnya.
Sejumlah manula yang diwawancarai menyatakan, pada tahun 1930-an dan 1940-an jumlah warga
Yahudi di Jakarta banyak. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Karena mereka pandai
berbahasa Arab, mereka sering dikira keturunan Arab. Sedangkan Abdullah Alatas (75 tahun)
mengatakan, keturunan Yahudi di Indonesia kala itu banyak yang datang dari negara Arab.
Maklum kala itu negara Israel belum terbentuk. Seperei keluarga Musri dan Meyer yang datang
dari Irak.
Di masa kolonial, warga Yahudi ada yang mendapat posisi tinggi di pemerintahan. Termasuk
gubernur jenderal AWL Tjandra van Starkemborgh Stachouwer (1936-1942).
Sedangkan Ali Shatrie (87) menyatakan bahwa kaum Yahudi di Indonesia memiliki persatuan yang
kuat. Setiap Sabat (hari suci umat Yahudi), mereka berkumpul bersama di Mangga Besar, yang
kala itu merupakan tempat pertemuannya.
Menurut majalah Sabili, dulu Surabaya merupakan kota yang menjadi basis komunitas Yahudi,
lengkap dengan sinagognya yang hingga kini masih berdiri.
Sedangkan menurut Ali Shatrie, mereka umumnya memakai paspor Belanda dan mengaku warga
negara kincir angin. Sedangkan Abdullah Alatas mengalami saat-saat hari Sabat dimana warga
Yahudi sambil bernyanyi membaca kitab Talmut dan Zabur, dua kitab suci mereka.
Pada 1957, ketika hubungan antara RI-Belanda putus akibat kasus Irian Barat (Papua), tidak
diketahui apakah seluruh warga Yahudi meninggalkan Indonesia. Konon, mereka masih terdapat
di Indonesia meski jumlahnya tidak lagi seperti dulu. Yang pasti dalam catatan sejarah
Yahudi dan jaringan gerakannya, mereka sudah lama menancapkan kukunya di Indonesia. Bahkan
gerakan mereka disinyalir telah mempengaruhi sebagian tokoh pendiri negeri ini. Sebuah upaya
menaklukkan bangsa Muslim terbesar di dunia (Sabili, 9/2-2006).
Dalam buku Jejak Freemason & Zionis di Indonesia disebutkan bahwa gedung Bappenas di Taman
Surapati dulunya merupakan tempat para anggota Freemason melakukan peribadatan dan
pertemuan.
Gedung Bappenas di kawasan elit Menteng, dulunya bernama gedung Adhuc Stat dengan logo
Freemasonry di kiri kanan atas gedungnya, terpampang jelas ketika itu. Anggota Freemason
menyebutnya sebagai loji atau rumah syetan. Disebut rumah syetan, karena dalam
peribadatannya anggota gerakan ini memanggil arwah-arwah atau jin dan syetan, menurut
data-data yang dikumpulkan penulisnya Herry Nurdi.
Freemasonry atau Vrijmetselarij dalam bahasa Belanda masuk ke Indonesia dengan beragam cara.
Terutama lewat lembaga masyarakat dan pendidikan. Pada mulanya gerakan itu menggunakan kedok
persaudaraan kemanusiaan, tidak membedakan agama dan ras, warna kulit dan gender, apalagi
tingkat sosial di masyarakat.
Dalam buku tersebut disebutkan, meski pada tahun 1961, dengan alasan tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, Presiden Sukarno melakukan pelarangan terhadap gerakan Freemasonry di
Indonesia. Namun, pengaruh Zionis tidak pernah surut. Hubungan gelap ‘teman tapi mesra’
antara tokoh-tokoh bangsa dengan Israel masih terus berlangsung.
Kita dapat simak dalam salah satu anggaran dasar dari Freemason di Indonesia ini:
“Tarekat Mason Bebas adalah pandangan hidup jiwa yang timbul dari dorongan batin, yang
mengungkapkan dirinya dalam upaya berkesinambungan untuk mengembangkan semua sifat roh dan
hati nurani, yang dapat mengangkat manusia dan umat manusia ke tingkat susila dan moral yang
lebih tinggi. Ia terapkan dalam pelaksanaan seni hidup yang lebih tinggi.” (Tarekat Mason
Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 5).
Selanjutnya Freemason ini meluaskan sayap-sayapnya di berbagai elemen masyarakat untuk dapat
menyebarkan paham-paham terselubung dari agama Yahudi ke berbagai lapisan masyarakat.
Freemason ini tak lupa juga menyisipkan ritual-ritual islam di dalam pengajaran dari
freemason. Kita dapat saksikan dalam kutipan berikut ini:
“Situasi yang baru sama sekali tercipta ketika muncul anggota-anggota Indonesia (dan
Tionghoa) di loge-loge. Pakaian tradisional dari kalangan elit Jawa, penggunaan Al Quran
sebagai Kitab Suci pada pertemuan-pertemuan formal di Rumah Pemujaan…memberikan wajah baru
kepada kegiatan-kegiatan loge.” (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan
Indonesia 1764-1962, hal. 28).
Loge dan Rumah Pemujaan yang dimaksud pada kutipan diatas bukanlah masjid maupun gereja,
merupakan sebuah tempat pertemuan anggota Freemason Indonesia untuk mengadakan pemujaan
kepada kepada Yang Maha Terang, yang dalam ritualnya para anggota Mason tersebut membacakan
sebuah nyanyian kerohanian. Loge yang pertama kali dibangun di Batavia oleh Albertus van der
Parra (1761-1775), yang bernama “La Choisie (Terpilih) atas prakarsa Joan Cornelis
Radermacher. Setelah itu di bangun pula pada bulan November 1767 di Batavia sebuah loge baru
bernama “La Fidele Sincerite”.
Tahun 1767 pada umunya dianggap sebagai awal kehadiran Tarekat Mason Bebas yang terorganisir
di Jawa. Selain melakukan pertemuan di loge-loge, mereka juga kerap melakukan pertemuan
rahasia di Amanusgracht (Jl. Kopi/Jl. Bandengan Jakarta) dan di kawasan Molenvliet (Jl.
Gajah Mada/ Hayam Wuruk). Selain di kedua daerah diatas, seorang pakar Hukum yang namanya
diakui dalam ilmu Hukum Indonesia, yaitu Jacob Van Vollenhoeven, ternyata memainkan peranan
penting terhadap pendirian Loge Matahari di Padang pada tahun 1858 yang beberapa bulan
sebelumnya pada tanggal 11 Desember 1857 berkumpul dirumahnya untuk me,bahas mengenai
pendirian Loge tersebut.
Loge terakhir yang didirikan terakhir sebelum tahun 1890 di Jawa adalah Loge “Veritas” di
Probolinggo Jawa Timur.
Tokoh-Tokoh Indonesia Yang Terlibat di dalam Freemason
1. Raden Saleh dilantik pada tahun 1836 di loge Den Haag “Endracht Maakt Macht”
2. Abdul Rachman, keturunan dari Sultan Pontianak, dilantik tahun 1844 di Loge di Surabaya
“De Vriendschap” dan Gedenkboek tahun 1917 terdapat keterangan bahwa dia adalah Mason
pertama yang beragama Islam.
3. Pangeran Ario Soeryodilogo (1835-1900) menjadi anggota loge Mataram di Yogyakarta
4. Pangeran Ario Notokusuma (Paku Alam VI)
5. Pangeran Arionotodirojo (1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan
memegang berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914. pada
tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak beranggotakan elit Jwa.
Notodirojo seorang yang disegani dan dianggap sebaga pergerakan rakyat Jawa.
6. R.M. Adipati Ario Poerbo Hadiningrat, yang pada awal abad ke 20 memangku jabatan bupati
Semarang dan Salatiga. Bukunya yang terkenal adalah Wat ik als Javaan voor geest en gemoed
in de Vrijmetselarij heb gevonden.
7. Raden Adipati Tirto Koesoemo Bupati Karanganyar. Anggota Loge Mataram sejak tahun 1895.
ketua pertama Boedi Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi oetomo, yang diadakan di gedung Loge
Mataram, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda.
8. A.H. van Ophusyen S.H. (1883-1956). Notaries dan anggota Dewan kota Batavia. Salah
seorang pendiri dari indo Europees Verbond-Ikatan Indo Eropa. Wakil Suhu Agung untuk
Indonesia.
9. Raden Mas Toemenggoen Ario Koesoemo Yoedha, 1882-1955, putra dari Pakoe Alam V. menjadi
anggota loge Mataram pada tahun 1909 dan berkali-kali memegang jabatan kepengurusan. Pada
tahun 1930 menjadi Anggota Pengurus Pusat.
10. Dr. Radjiman Wediodipoera (Wediodiningrat), 1879-1952. antara tahun 1906 dan 1936 dokter
pada keratin Solo. Sarjana dan penulis mengenai falsafah budaya. Pejabat ketua Boedi Oetomo
1914-1915. pada tahun 1945 memaainkan peranan penting sebagai ketua dari Badan Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Bersama Soekarno dan Hatta pergi mnemui Marsekal Terauchi dalam
pembicaraan kemerdekaan Indonesia.Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Bogor, 1908. dalam
tahun 1952 menjadi anggota dari loge Indonesia Purwo Daksia. Ia menjabat sebaia Kepala
kepolisian RI . Soekanto menjadi Suhu Agung dari Timur Agung Indonesia atau Federasi
Nasional Mason. Ia juga menjabat sebagai ketua dari Yayasan Raden Saleh yang merupakan
penerusan dari Carpentier Alting Stiching.
11. R.A.S Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, menjadi Ketua Suhu Agung dari Timur Agung
Indonesia pada 7 April 1955 (Hari berdirinya Tarekat Mason Indonesia).
12. R.A. Pandji Tjokronegoro, terdaftar sebagai anggota pada tahun 1908, hal ini dikuatkan
dengan bukti dia merayakan Yubelium Mason Bebas pada 50 tahunnya Mason Bebas.
Tokoh Penjajah Belanda dalam Sejarah Indonesia yang Merupakan Member Freemason
1. Herman Willem Daendels, dilantik di Loge Kampen “Le Profond Silence”.
2. Thomas Stamford Raffles, pada tanggal 26 Juni 1813 diterima di dalam Tarekat oleh
Engelhard, sedangkan diplomasinya ditandatangani oleh mason-mason bebas yang terkenal dan
penguasa-penguasa colonial.
3. Johannes Van Den Bosch, dilantik di Loge De Vriendschap pada tahun 1830.
Loge-Loge atau Loji Yang Ada di Indonesia
1. Loge La Choisie di Batavia (1764-1766)
2. Loge La Fidele Sincerite (1767)
3. Loge La Virtuese (1769)
4. Loge La Constante et Fidele (1801) di Semarang
5. Loge De Vriendschap (1809) di Surabaya
6. Loge De Ster in Het Oosten (Loji Bintang Timur) di Batavia (1837)
7. Loge Matahari di Padang (1858)
8. Loge Princes Frederik der Nederlanden di Rembang (1871)
9. Loge L Union Frederic Royal di Surakarta (1872)
10. Loge Prins Frederik di Kota Raja Aceh pada tahun 1880
11. Loge Veritas di Probolinggo
12. Loge Arbeid Adelt di Makassar (1888)
13. Loge Excelsior di Bogor (1891)
14. Loge Tidar di Magelang (1891)
15. Loge St. Jan di Bandung (1896)
16. Loge Fraternitas di Salatiga (1896)
17. Loge Humanitas di Tegal (1898)
18. Loge Malang (1901)
19. Loge Blitar (1906)
20. Loge Kediri (1918)
21. Loge Het Zuinderkruis (Rasi Pari) di Batavia (1918)
22. Loge De Broerderketen (Segitiga) di Jember (1926)
Selain pendirian Loge sebagai sarana untuk menyampaikan misinya, para Freemason ini juga
mendirikan sekolah-sekolah dan kesempatan belajar keluar negeri, berikut kita dapat kutip
dari keterangan Dr. Th. Steven:
“Kaum Mason Bebas tidak hanya mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum Indo yang miskin, tetapi
juga memberi kesempatan kepada kaum muda Jawa yang berbakat untuk mengembangkan diri lebih
lanjut melalui pendidikan di Eropa”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda
dan Indonesia 1764-1962, hal. 47).
Adapun tahun-tahun pendirian sekolah-sekolah Mason tersebut adalah sebagai berikut:
1875 di Semarang
1879 di Batavia
1885 di Yogyakarta, dua sekolah
1887 di Surakarta dan Magelang
1888 di Buitenzorg (Bogor)
1889 di Padang dan Probolinggo
1892 di Semarang, sekolah kedua
1897 di tegal
1898 di Bandung dan Manado
1899 di Aceh
1900 di Malang
1903 di Malang, sekolah kedua
1905 di Bandung, sekolah kedua
1907 di Blitar
1908 di Surabaya
1900 di Padang, Magelang (sekolah kedua) dan Medan, Makssar, Kediri
1926 di Malang, sekolah ketiga
Selain mendirikan sekolah-sekolah, para anggota Tarekat Mason Bebas di Indonesia ini juga
mendirikan berbagai perpustakaan di berbagai daerah. Di semarang pada tahun 1875 di buka
peprustakaan yang disebut “De Verlichting” dan pada tahun 1917 ditempatkan di Peprustakaan
Pusat dan Ruang Baca Umum. Jenis perpustakaan itu dengan berjalannya waktu, muncul hampir
bersamaan dengan di semua tempat yang ada loge. Pada tahun 1877 didirikan sebuah
perpustakaan di Padang dan kemudian:
1878 di Yogya
1879 di Surabaya
1882 di Salatiga
1889 di Probolinggo
1890 di Buitenzorg (Bogor)
1891 di Bandung
1892 di Menado
1895 di Manado
1897 di Tegal
1899 di Medan
1902 di Ambon
1902 di Malang
1908 di Magelang
1907 di Blitar
Eksisnya Yahudi di Indonesia Pasca Kemerdekaan……
Jika Yahudi pra kemerdekaan yang tergabung di dalam Freemason itu hengkang setelah keputusan
Presiden tentang organisasi terlarang Freemason, ternyata di kemudian hari Freemason ini
kembali eksis setelah sembunyi-sembunyi. Modus operandi mereka mengaku sebagai keturunan
Arab, umat awam pasti akan terkecoh karena Yahudi dan Arab dalam segi fisik tak jauh
berbeda. Bukti eksisnya Yahudi ini dapat kita telusuri. Contoh paling mudah tentang eksisnya
Yahudi serta Sinagognya, dapat kita lihat pada daerah Surabaya, tepatnya Jalan Kayon no. 4
Surabaya (dekatnya Delta Plaza Surabaya). Jika amati seksama bangunan di Kayon ini, maka
kita dapat teliti bahawa gambar Bintang David itu sangat jelas terpampang pada bagian pagar
dari sinagoga tersebut.
Bangunan yang sekilas tampak “sepuh” ini menurut keterangan warga pada hari Sabtu Agung,
selalu dinyanyikan lantunan lagu rohani berbahasa Ibrani. Selain itu eksisnya sebuah
Sinagoga di daerah Kembang Jepun (jika malam pusat kuliner :”Kiyaki”) pada nomor 4-6 , kita
akan dapati sebuah Sinagoga terbuka yang sangat jelas. Dulu Sinagoga ini dipakai oleh Rita
Aaron (peragawati dan model Surabaya) yang Yahudi untuk beribadat menyembah Yahweh (sebutan
Tuhan oleh orang Yahudi).
”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang musyrik.” (QS Al-Maidah: 82)
Ayat di atas merupakan peringatan Allah SWT tentang bahaya Yahudi bagi umat Islam. Karena
itulah, umat Islam harus senantiasa waspada terhadap segala sepak terjang dan tipu daya
Yahudi.
Satu dari sekian lini yang dibangun oleh Yahudi adalah Freemasonry, yang merupakan gerakan
rahasia terbesar, dan boleh jadi tertua di dunia. Freemasonry berpengaruh di seluruh pusat
kekuasaan, lebih-lebih Amerika. Bahkan, gerakan ini pada masanya pernah berkiprah dan
menjalankan agenda-agendanya di Indonesia. Sampai sekarang hal itu masih terus berlangsung.
Mungkin hingga Hari Kiamat nanti.
Meski ratusan tahun beroperasi di Nusantara, keberadaan Freemason (Belanda:Vrijmetselaarij),
nyaris tak tertulis dalam buku-buku sejarah. Padahal, banyak literatur yang cukup memadai
untuk dijadikan rujukan penulisan sejarah tentang gerakan salah satu kelompok Yahudi di
wilayah jajahan yang dulu bernama Hindia Belanda ini.Di antaranya adalah: Vrijmet selaarij:
Geschiedenis, Maats chapelijke Beteekenis en Doel (Freemason: Sejarah, Arti untuk Masyarakat
dan Tujuannya) yang ditulis oleh Dr Dirk de Visser Smith pada tahun 1931, Geschiedenis der
Vrymet selary in de Oostelijke en Zuidelijke Deelen (Sejarah Freemason di Timur dan Selatan
Bumi) yang ditulis oleh J Hagemen JCz pada tahun 1886, Geschiedenis van de Orde der
Vrijmetselaren In Nederland Onderhoorige Kolonien en Londen (Sejarah Orde Freemason di
Nederland di Bawah Kolonialisme) yang ditulis oleh H Maarschalk pada tahun 1872, dan
Gedenkboek van de Vrijmet selaaren In Nederlandsche Oost Indie 1767-1917 (Buku
Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917), yang diterbitkan secara resmi pada
tahun 1917 oleh tiga loge besar; Loge de Ster in het Oosten (Batavia), Loge La Constante et
Fidele (Semarang), dan Loge de Vriendschap (Surabaya).
Di samping literatur yang sudah berusia ratusan tahun tersebut, pada tahun 1994, sebuah buku
berjudul Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764- 1962
(Freemason dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764- 1962) ditulis oleh Dr Th
Stevens, seorang peneliti yang juga anggota Freemason. Berbeda dengan buku-buku tentang
Freemason di Hindia Belanda sebelumnya, buku karangan Dr Th Stevens ini sudah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2004.
Buku-buku yang mengungkap tentang sejarah keberadaan jaringan Freemason di Indonesia sejak
masa penjajahan tersebut, sampai saat ini masih bisa dijumpai di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. Bahkan, Indisch Macconiek Tijdschrift (Majalah Freemason Hindia), sebuah
majalah resmi milik Freemason Hindia Belanda yang terbit di Semarang pada 1895 sampai awal
tahun 1940-an, juga masih tersimpan rapi di perpustakaan nasional.
Selain karya Stevens dan H Maarschalk yang diterbitkan di negeri Belanda, buku-buku lainnya
seperti tersebut di atas, diterbitkan di Semarang dan Surabaya, dua wilayah yang pada masa
lalu menjadi basis gerakan Freemason di Hindia Belanda, selain Batavia. Keberadaan jaringan
Freemason di Indonesia seperti ditulis dalam buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia
Belanda 1767-1917 adalah 150 tahun atau 199 tahun, dihitung sejak masuknya pertama kali
jaringan Freemason di Batavia pada tahun 1762 sampai dibubarkan pemerintah Soekarno pada
tahun 1961.
Selama kurun tersebut Freemason telah memberikan pengaruh yang kuat di negeri ini. Buku
Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 misalnya, memuat secara lengkap
operasional, para tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loge-loge yang berada langsung di
bawah pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700 halaman yang ditulis oleh Tim Komite
Sejarah Freemason ini adalah bukti tak terbantahkan tentang keberadaan jaringan mereka di
seluruh Nusantara.
Keterlibatan elite-elite pribumi, di antaranya para tokoh Boedi Oetomo dan elite keraton di
Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, terekam dalam buku kenang-kenangan ini. Radjiman
Wediodiningrat, orang yang pernah menjabat sebagai pimpinan Boedi Oetomo, adalah
satu-satunya tokoh pribumi yang artikelnya dimuat dalam buku kenang-kenangan yang menjadi
pegangan anggota Freemason di seluruh Hindia Belanda ini.
Radjiman yang masuk sebagai anggota Freemason pada tahun 1913, menulis sebuah artikel
berjudul ”Een Broderketen der Volken” (Persaudaraan Rakyat). Radjiman pernah memimpin
jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain
Radjiman, tokoh-tokoh Boedi Oetomo lainnya yang tercatat sebagai anggota Freemason bisa
dilihat dalam paper berjudul The Freemason in Boedi Oetomo yang ditulis oleh CG van Wering.
Kedekatan Boedi Oetomo pada masa-masa awal dengan gerakan Freemason bisa dilihat setahun
setelah berdirinya organisasi tersebut. Adalah Dirk van Hinloopen Labberton, pada 16 Januari
1909 mengadakan pidato umum (openbare) di Loge de Sterinhet Oosten (Loji Bin – tang Timur)
Batavia. Dalam pertemuan di loge tersebut, Labberton memberikan ceramah berjudul,
”Theosofische in Verband met Boedi Oetomo” (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo).
Theosofi adalah bagian dari jaringan Freemason yang bergerak dalam kebatinan. Aktivis
Theosofi pada masa lalu, juga adalah aktivis Freemason. Cita-cita Theosofi sejalan dengan
Freemason. Apa misi Freemason? Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia
Belanda dan Indonesia 1764-1962, karya Dr Th Steven dijelaskan misi organisasi yang memiliki
simbol Bintang David ini: ”Setiap insan Mason Bebas mengemban tugas, di mana pun dia berada
dan bekerja,untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar
manusia.”
Jadi, misi Freemason adalah “menghapus pemisah antarmanusia!”. Salah satu yang dianggap
sebagai pemisah antarmanusia adalah ‘agama’. Maka, jangan heran, jika banyak manusia
berteriak lantang: ”semua agama adalah sama”. Atau, ”semua agama adalah benar, karena
merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju Tuhan yang satu.”
Paham yang dikembangkan Freemason adalah humanisme sekular. Semboyannya: liberty, egality,
fraternity. Sejak awal abad ke-18, Freemasonry telah merambah ke berbagai dunia. Di AS,
misalnya, sejak didirikan pada 1733, Freemason segera menyebar luas ke negara itu, sehingga
orang-orang seperti George Washington, Thomas Jefferson, John Hancock, Benjamin Franklin
menjadi anggotanya.
Prinsip Freemasonry adalah ‘Liberty, Equality, and Fraternity’. (Lihat, A New Encyclopedia
of Freemasonry, (New York: Wing Books, 1996). Harun Yahya, dalam bukunya, Ksatria-kstaria
Templar Cikal Bakal Gerakan Freemasonry (Terj), mengungkap upaya kaum Freemason di Turki
Usmani untuk menggusur Islam dengan paham humanisme.
Dalam suratnya kepada seorang petinggi Turki Usmani, Mustafa Rasid Pasya, August Comte
menulis, “Sekali Usmaniyah mengganti keimanan mereka terhadap Tuhan dengan humanisme, maka
tujuan di atas akan cepat dapat tercapai.” Comte yang dikenal sebagai penggagas alir n
positivisme juga mendesak agar Islam diganti dengan positivisme. Jadi, memang erat kaitannya
antara pengembangan liberalisasi, sekularisasi, dan misi Freemason. .